Mawar

arif zainurrohman

      

     " Mawar putih mawar merah mawar hitam (emang ada mawar hitam haha) "
   Suatu ketika di suatu hari seperti biasa aku selalu usahakan untuk pergi ke suatu tempat yang ramai ketempat itu selalu selalu selalu aku usahakan lima waktu dalam satu hari. Setiap hari dalam lima kali melalui jalan yang sama tidak pernah ada rasa bosan melakukan rutinitas itu melewati taman itu, melewati rumah rumah itu, melewati tikungan tikungan itu. Suatu ketika ada sesuatu yang mencuri perhatianku di ujung sana jauh mata memandang kulihat ada sesuatu yang sangat indah itu adalah sesosok wanita dengan rok panjang, baju lengan panjang, jilbab panjang benar benar tertutup tiada celah sama sekali. Tangannya lemah gemulai menyentuhi mawar mawar itu dari tempat satu ke tempat lainnya gerakannya lembut bak gerakan gerakan mawar mawar itu yang tertiup hembusan angin. Tanpa sadar kudekati dia , ia menatapku dengan senyumannya indah sekali. Wahai dzat yang maha agung sungguh indah makhluk ciptaanmu itu mawar mawar dan wanita itu pikirku.
     Tanpa sadar ternyata ia mengucap salam kepadaku , dengan agak gemetar kujawab salam itu ia hanya tertawa kecil melihat tingkahku dan aku pun juga ikut tertawa tuk mengusir kecanggunganku. Kemudian ia pun hanya berjalan kesana kemari menikmati keindahan mawar mawar itu tanpa berbicara. Sedangkan aku hanya terdiam memandanginya, kami terdiam di tengah keramaian taman. Detik demi detik pun berlalu dan ia masih saja asyik memperhatikan mawar mawar itu. Ia memang hanya melihat lihat namun suatu ketika ia mulai memberanikan diri tuk menyentuhnya. Disela sela kesibukannya kuberanikan diri tuk bertanya menanyakan namanya. Namun memang dasar aku yang kurang beruntung sewaktu kalimat pertama belum selesai ku ucap,  ia pun berucap istighfar jarinya tanpa sengaja tertusuk duri , akupun dibuatnya terkejut , sepertinya kami sama sama terkejut. 
     Ia terkejut aku mulai berbicara sehingga jarinya pun tertusuk duri darah mengalir dari ujung telunjuknya itu, tanpa sadar kurogoh kantung celanaku dan kutemukan  sapu tanganku. Tanpa pikir pikir lagi langsung saja kuberikan padanya , ia balutkan sapu tanganku pada jarinya yang terluka, tentu saja ia balut sendiri, aku tak mungkin menyentuhnya. Kemudian kami pun duduk di bangku taman dekat kumpulan mawar mawar itu
dan tentunya dengan jarak yg cukup jauh 
      Iba aku melihatnya, nampaknya sakit sekali , darahnya keluar cukup banyak ia pun menoleh ke arahku dengan senyumannya yang indah tadi itu. Nampaknya ia sadar dengan ke khawatiranku, ya namun itulah wanita selalu bersembunyi di balik senyumannya selalu mengabarkan bahwa ia dalam keadaan baik baik saja, padahal tidak. Akupun hanya bisa mengiba saja tanpa bisa berbuat banyak, ku ucapkan permintaan maaf padanya  dan apakah perlu untuk melakukan perawatan lebih lanjut lagi, karena bagaimanapun itu terjadi  karena kalimat yang keluar dari lisanku sehingga merusak ketenangannya jiwanya sehingga terjadilah kecelakaan ini. Ya lagi lagi sifat kewanitaannya keluar ia berucap terimakasih atas perhatian yang ku tunjukkan padanya dengan senyumannya itu pastinya. Namun tetap saja aku merasa tidak tenang, namun ia menatapku dan tersenyum lagi 

      Kamipun kembali terdiam duduk di bangku taman suara suara tawa candaan orang orang di taman terasa tidak mengganggu kami sama sekali. Terdiam membisu seribu bahasa menikmati keindahan taman merasakan hembusan angin yang sangat sejuk sekali, sejuk sekali karena memang itu terjadi di sore hari. Ada rasa aneh di dalam hatiku, kenapa ia hanya diam saja, bukankah wanita itu cerewet, tapi ia hanya diam . Mulai kucoba memberanikan diri tuk melihat wajahnya, wajahnya seperti menengadah ke atas menatap langit
matanya terpejam, kerudungnya bergoyang goyang tertiup hembusan angin, indahnya makhluk ciptaan ar rahman ini.
         Tapi hatiku bergejolak ini salah ini salah ini salah aku tak mungkin memandanginya lebih lama lagi. Ini tidak boleh akhirnya pun kualihkan pandanganku ke arah depan. Kemudian akupun terkaget, ia tertawa kecil sekali kecil sekali akupun jadi ikut tertawa juga. Ia kemudian tersenyum dan berhenti tertawa kemudian ia pun menatap kumpulan mawar mawar itu dan mulai berbicara 

"mawar itu indah ya" katanya
"ya" kataku
"mawar merah mawar putih lalu adakah mawar hitam mawar biru dan mawar mawar lainnya ? " tanyanya
"aku hanya pernah melihat mawar merah dan sesekali mendengar tentang mawar putih, kalau mawar hitam aku tak tau" kataku
"mawar hitam ya"katanya sambil menatapku dengan senyumannya
"kau pernah melihat mawar hitam" tanyaku
"belum pernah , mungkin tidak ada , mungkin itu hanya sebuah perumpamaan saja" katanya sambil tersenyum lagi
"oh aku pikir kau pernah melihatnya" kataku sambil tertawa kecil
"tidakkah kau sadar kumpulan mawar mawar itu sama seperti kumpulan wanita wanita ?  " tanyanya
"maksudmu ? " tanyaku penasaran
"perhatikanlah mawar putih itu, mawar putih itu menggambarkan seorang wanita , putih bersih indah terjaga    sekali, kelopak bunganya ibarat kerudungnya yang menjaga kepala menutupinya namun tidak mengurangi       keindahannya atau kecantikannya, duri durinya ibarat pakaiannya yang menutup tubuh secara menyeluruh      dengan rapi tanpa celah namun tetap menyenangkan  pandangan mata, tangakainya kokoh berdiri tega          tertiup angin lemah gemulai gerakannya, namun mereka tetap saja perempuan, mawar putih itu adalawanita    yang dengan keikhlasan hati menjaga kesucian dirinya sejak lahir dididik oleh orang tuanya agar tetap        selalu bersih putih menutup diri namun tetap anggun, benar begitukan ?" katanya menatapku sambil    tersenyum dan akupun juga tersenyum membalas senyumannya
"kemudian lhatlah mawar merah itu" katanya sambil menunjukkan letak kumpulan mawar merah padaku

"mawar merah itu menggambarkan , mawar merah itupun juga sama, mungkin warnanya memang merah tapi     tetap saja bukan berarti ia berlumuran darah" katanya sambil agak cemberut
"mungkin itu lebih kepada kematangan seorang wanita yang telah menemukan cintanya, atau mungkin bisa disebut wanita yang telah mempunyai gelar "istri", ya istri dari seorang laki laki yang bisa menjaganya,mendidiknya,mengayominya, dan apapun yang baik baik untuk wanita" katanya dengan senyuman khasnya

"setelah menjadi istri pun wanita itu tetap menjaga kesuciannya, memberikan pengabdiannya secara tulus pada sang suami" lanjutnya
"kemudian mawar hitam" katanya  agak lama ia terdiam dengan raut wajah yang agak sedih, kemudian ia pun melanjutkannya lagi

"mawar hitam menggambarkan ketulusan seorang wanita yang telah di sia siakan, mawar hitam ini seharusnya tidak ada, namun baik mawar putih maupun mawar merah bila tidak di rawat dengan baik makan akan menjadi kotor seiring berjalannya waktu, akan menjadi lemah seiring dengan tiupan tiupan angin yang berlalu, perlahan lahan akan rapuh dan mungkin mati, patah dari tangkainya, tertiup angin kesana kemari tanpa arah tujuan, terkotori debu debu, bakteri bakteri sehingga warnanya berubah menghitam, terhempas ke jalanan taman tidak ada yang mempedulikan, terinjak injak, terkoyak koyak, terpisah pisah bagian satu dengan bagian yang lainnya, kemudian hilang tertelan waktu, tak berbekas sama sekali, hanya kenangan yang tersisa, namun siapa yang akan mengingat sisa sisa kenangan yang menghitam itu" katanya tampak ada beberapa butir air mata yang menetes dari matanya tanpa dapat berbicara apa apa dadaku rasanya sesak , namun tetap saja egoku sebagai laki laki tetap muncul , kutahan air mataku mengalir agar tak di anggap cengeng , namun untunglah ia kembali tersenyum menatapku

"namun tidak semua mawar menghitam dan terbinasakan, yang namanya hidup ada suka ada duka, kita harus tetap optimis apapun yang terjadi jangan kalah dengan kehidupan, jangan mau menukar akhirat yang kekal dengan dunia yang semestara ini" ujarnya menatapku dengan  senyuman yang mengembang

"oh indahnya dibuatnya terpesona diri ini oleh sosoknya, cantik,anggun,cerdas, dan aku rasa masih banyak lagi kelebihannya" pikirku iapun berdiri dari duduknya dan menawariku " apakah kau mau memetiknya, akan kupetikkan satu untukmu" ujarnya
"jangan" kataku cepat menanggapinya agar ia tak memetiknya, ia kemudian tersenyum
"kenapa" katanya agak heran dengan sikapku
"aku tidak ingin memetiknya karena aku tidak ingin merusak keindahannya" ujarku berbangga diri , ia tertawa kecil
"kenapa tertawa ? lucukah" tanyaku heran sedikit kesal
"memang suatu hari nanti kamu tak ingin menikah ? " tanyanya 
"ya ingin menikah tapikan tidak ada hubungannya dengan mawar itu, biarlah ia tetap disana" ujarku
"mana bisa kamu menikah kalau begitu, tampaknya kamu terlampau baik" ujarnya sambil tersenyum padaku lalu berjalan ke arah mawar merah
"kog ?" tanyaku heran
"sadarilah kumpulan mawar mawar ini, bayangkan ini adalah wanita yang kau sukai dan ini ayahnya , ini ibunya, ini ini ini dan ini dan ini saudara saudaranya" katanya sambil menunjuk nunjuk mawar mawar, banyak sekali yang ia tunjuk hingga membuatku bingung

"begini, semisal kamu menyukai seorang wanita dan kamu ingin menikahinya, dan itu berarti setelah menikah nanti wanita yang menjadi istrimu itu akan ikut kemanapun engkau pergi, meninggalkan apa yang istrimu punya selama ini, meninggalkan ayahnya, ibunya, adiknya, kakaknya, saudara saudaranya, begitulah mawar mawar disini ketika kamu memetiknya kamu akan membuatnya terpisah dari mawar mawar lainnya yang berada disini, kamu bilang tidak ingin memetiknya, namun kamu ingin menikah bukan, bagaimanapun suatu saat nanti kamu akan memetiknya dan akan membawanya pergi memisahkannya dengan mawar mawar lain yang ada disini" ujarnya dengan tersenyum

"lalu aku harus bagaimana" tanyaku
"ambillah pohonnnya lalu tanam dan rawat baik baik di dalam rumahmu" ujarnya dengan senyumnya 
ia berdiri memandangku dengan tegak kedua  tangannya melipat di perutnya di terpa angin roknya yg panjang tertiup kerudungnya tertiup
wajahnya tersenyum , indah sekali , anggunnya

Tanpa sadar hari telah sangat sore, setelah mengucap salam kamipun berpisah saling memberi terima kasih , sama sama tertawa kecil melihat tingkahku yang grogi.



akhukum fillah arif zainurrohman




0 komentar:

Posting Komentar