Heninglah di tengah Perdebatan (Maulana Rumi)

Heninglah di tengah Perdebatan (Maulana Rumi)

Ke tujuh-puluh dua golongan umat akan tetap ada di alam dunia ini sampai Hari Kebangkitan
Dunia ini alam yang berisikan
kegelapan dan pemberhalaan:

Bumi ini tempatnya bayang-bayang.
Ke tujuh-puluh dua golongan itu
akan tetap ada sampai Hari kebangkitan:
bantahan dan alasan orang bid'ah
akan tetap keras.
Banyaknya kunci atas harta-simpanan
menunjukkan ketinggian nilainya.

Jalan yang berliku-liku,
lintasan curam pendakian gunung,
tebing-jurang di kanan-kiri,
banyaknya penyamun menghadang,
semuanya petunjuk agungnya tujuan sang pencari.

Kebesaran Ka'bah dan tempat thawaf,
ditunjukkan oleh hadangan penyamun,
dan luasnya gurun yang harus dilintasi
ketika pergi berhaji.
Setiap ajaran palsu itu bagaikan
lintasan jalan di gunung:

curam, bertebing, berpenyamun.
Semua ajaran berhadapan,
dan menjadi lawan yang keras,
dari ajaran lainnya:
setiap pengikut masing-masing ajaran
menjadi bingung.

Karena dilihatnya semua lawan bersikukuh
pada doktrin masing-masing: setiap
golongan berbangga-diri akan kelompoknya.

Jika sudah tak punya jawaban lagi,
para pengikut akan berpegangan erat,
sampai Hari Kebangkitan,
kepada rumusan baku ini:
"para pemuka, leluhur golongan kami
tahu jawaban terhadap pertanyaanmu itu,
hanya itu masih belum kami pahami."

Hanya Cinta yang dapat menyelamatkanmu dari keraguan;
tiada hal lain yang dapat menghentikanmu dari godaan perberbantahan.
Jadilah seorang pencinta,
ringankan lah langkah pencarianmu,
bagai pemburu aliran air,
menjelajah dari sungai ke sungai.

Takkan pernah kau dapatkan air pembasuh jiwamu,
dari pihak yang mengeringkannya darimu.
Takkan kau pahami kebenaran
dari pihak yang menyedot pemahaman kebenaranmu.

Dalam Cinta yang agung dan berlimpah,
akan kau jumpai jenis-jenis kecerdasan,
yang berbeda dengan kecerdasan biasa.
Allah lah Pemilik berbagai kecerdasan,
yang berbeda dengan jenis kecerdasanmu;
kecerdasan yang mengatur makhluk makhluk di langit.

Kecerdasanmu itu hanya suatu jenis,
gunanya hanya untuk
mencari penghidupan di Bumi; (tak kau ketahui) terdapat jenis-jenis kecerdasan lain,
suatu Akal Sejati,
yang membuat susunan langit bagaikan bentangan karpet di bawah kakimu.

Ketika engkau mengorbankan akalmu,
dalam cinta kepada Rabb,
Dia menggantinya sepuluh kali lipat,
atau tujuh-ratus kali.

Ketika para perempuan ningrat Mesir saat itu,
mengorbankan akal mereka,
bergegas mereka ke harapan akan cinta
Yusuf.

Cinta: juru-minuman kehidupan,
menghabisi akal mereka dalam sekali
teguk; lalu sepanjang hidup,
mereka minum bagian hikmah masing-masing Keindahan Yang Maha Agung adalah sumber dari seratus Yusuf,
wahai pejalan fakir abdikan hidupmu
pada keindahan itu.

Wahai jiwa,
hanya Cinta yang dapat mengakhiri sengketa,
hanya Cinta saja yang datang menghampirimu
ketika engkau menjerit minta tolong
agar diselamatkan dari tengah perdebatan.

Kefasihan membisu di hadapan Cinta:
takkan ia berani bertengkar.
Karena sang pencinta takut,
jika ia membantah,
maka mutiara mistiknya akan terjatuh melalui mulutnya.

Ditutupnya mulutnya rapat-rapat
jangan sampai terpancing membantah,
dijaganya mutiara berharga itu
jangan sampai jatuh dan lalu hilang.

Ini seperti cerita para sahabat,
"Ketika sang Nabi membacakan ayat
dari al-Qur'an,
maka dalam saat penuh rahmat itu,
Rasulullah meminta kami
memperhatikan dengan penuh takzim."

Itu seolah-olah ada seekor burung langka
hinggap di atas kepalamu, dan engkau
gemetaran-takut mengagetkannya.
Engkau tak berani bergerak,
takut burung indah itu terbang.

Kau tahan nafasmu, kau tahan batukmu,
supaya burung itu tak pergi.
Apabila ada yang mengajakmu bicara,
kau letakkan jari di depan bibirmu,
artinya: "Hush, diam!"

Seperti itu lah ketakjuban:
ia membuatmu diam,
ia meletakkan tutup di atas cerek,
dan mengisimu dengan cinta yang
menggelegak.

Sumber:
Rumi: Matsnavi V: 3119 - 3250
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh
Nicholson.


Didapat : https://www.facebook.com/hamdi.akhsan.7

akhukum fillah arif zainurrohman

0 komentar:

Posting Komentar