Sang Khalilullah Menyembelih Merak,
Unggas ke Dua Pengganggu Perjalanan (Maulana Rumi)
Sekarang saatnya kita bahas merak,
unggas yang memiliki dua warna bulunya,
karena dia berwajah-ganda,
senang pamer diri,
haus nama-besar dan kemasyhuran.
Hasratnya adalah untuk mendapat pengikut,
tak peduli benar atau salah,
tak peduli akibat dan nasib pengikutnya.
Ia menangkap sembarang pengikut,
seperti jebakan, yang tak mengerti
apa tujuan tindakannya.
Asal tangkap saja,
tak berpengetahuan soal manfaat
atau mudharat menangkap pengikut.
Ia bisa habis-habisan memuji kawan-kawannya,
lalu meninggalkan mereka.
Seperti itu kebiasaannya sejak dulu,
menjebak orang dengan cinta palsu.
Wahai, apa yang kau harapkan
dari kebiasanmu mencari pengikut
dan bergerombol, lalu saling
membanggakan dan mementingkan diri?
Lihat dan buktikanlah sendiri!
Umurmu nyaris habis,
hari telah senja,
masih saja engkau sibuk
mengejar manusia.
Terus menerus mengejar seseorang
sambil melepaskan orang lain.
Seperti permainan anak kecil saja.
Sampai malam datang,
dan tiada buruan berharga dalam jebakanmu:
jebakan itu tak lebih daripada penyebab
deritamu dan rantai pengikatmu.
Jadi sebenarnya engkau menangkap
dirimu sendiri dalam jebakan itu,
karena engkau tertipu dan terpenjara oleh hasratmu sendiri.
Apa ada penjebak binatang di dunia ini
yang lebih dungu daripada kita,
berupaya menangkap diri sendiri?
Memburu hal yang rendah itu seperti berburu babi: sangat melelahkan
dan dagingnya haram dimakan, walau cuma sekerat.
Yang pantas diburu itu hanya Cinta saja:
bagaimana mungkin menangkap Cinta dalam jebakan kita?
Yang mungkin terjadi adalah jika engkau
menjadi buruan-Nya; tinggalkan
jebakanmu dan masuklah kedalam jebakan-Nya.
Yang tercinta berbisik sangat halus
ke telingaku:
"Menjadi buruan itu lebih baik daripada menjadi pemburu.
Jadikanlah dirimu tolol untuk-Ku,
dan seperti dungu: tinggalkan kedudukan
tinggi seperti matahari, jadilah debu.
Tinggalkan tempat tinggalmu
dan menggelandanglah di pintu-Ku:
jangan bersikap seperti lilin jadilah ngengat.
Sampai kau rasakan cita-rasa Hidup,
dan memahami kedaulatan yang
tersembunyi dibalik penghambaan."
Pahamilah bahwa tampilan di alam-
dunia ini terbalik-balik: gelar "raja" disematkan
pada orang-orang yang sebenarnya tawanan.
Banyak orang yang pantas digantung
diagung-agungkan masa bagaikan pemakai jubah kaisar.
Mereka seperti kuburan kaum kufur,
yang tampak bagaikan jubah al-Jannah,
sementara didalamnya berlangsung murka dari Dia yang Maha Agung, Maha Kuasa.
Pecinta dunia telah disemen bagai kuburan,
hijab bangga-diri rapat membungkus.
Makhluk malang itu menghias diri dengan kebajikan palsu,
seperti pohon kelapa tanpa memiliki daun atau berbuah.
Catatan:
Puisi tentang 'merak,' unggas ke dua dari empat
u
Sumber:
Rumi: Matsnavi V 395 - 419.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
Didapat : https://www.facebook.com/hamdi.akhsan.7
akhukum fillah arif zainurrohman
Unggas ke Dua Pengganggu Perjalanan (Maulana Rumi)
Sekarang saatnya kita bahas merak,
unggas yang memiliki dua warna bulunya,
karena dia berwajah-ganda,
senang pamer diri,
haus nama-besar dan kemasyhuran.
Hasratnya adalah untuk mendapat pengikut,
tak peduli benar atau salah,
tak peduli akibat dan nasib pengikutnya.
Ia menangkap sembarang pengikut,
seperti jebakan, yang tak mengerti
apa tujuan tindakannya.
Asal tangkap saja,
tak berpengetahuan soal manfaat
atau mudharat menangkap pengikut.
Ia bisa habis-habisan memuji kawan-kawannya,
lalu meninggalkan mereka.
Seperti itu kebiasaannya sejak dulu,
menjebak orang dengan cinta palsu.
Wahai, apa yang kau harapkan
dari kebiasanmu mencari pengikut
dan bergerombol, lalu saling
membanggakan dan mementingkan diri?
Lihat dan buktikanlah sendiri!
Umurmu nyaris habis,
hari telah senja,
masih saja engkau sibuk
mengejar manusia.
Terus menerus mengejar seseorang
sambil melepaskan orang lain.
Seperti permainan anak kecil saja.
Sampai malam datang,
dan tiada buruan berharga dalam jebakanmu:
jebakan itu tak lebih daripada penyebab
deritamu dan rantai pengikatmu.
Jadi sebenarnya engkau menangkap
dirimu sendiri dalam jebakan itu,
karena engkau tertipu dan terpenjara oleh hasratmu sendiri.
Apa ada penjebak binatang di dunia ini
yang lebih dungu daripada kita,
berupaya menangkap diri sendiri?
Memburu hal yang rendah itu seperti berburu babi: sangat melelahkan
dan dagingnya haram dimakan, walau cuma sekerat.
Yang pantas diburu itu hanya Cinta saja:
bagaimana mungkin menangkap Cinta dalam jebakan kita?
Yang mungkin terjadi adalah jika engkau
menjadi buruan-Nya; tinggalkan
jebakanmu dan masuklah kedalam jebakan-Nya.
Yang tercinta berbisik sangat halus
ke telingaku:
"Menjadi buruan itu lebih baik daripada menjadi pemburu.
Jadikanlah dirimu tolol untuk-Ku,
dan seperti dungu: tinggalkan kedudukan
tinggi seperti matahari, jadilah debu.
Tinggalkan tempat tinggalmu
dan menggelandanglah di pintu-Ku:
jangan bersikap seperti lilin jadilah ngengat.
Sampai kau rasakan cita-rasa Hidup,
dan memahami kedaulatan yang
tersembunyi dibalik penghambaan."
Pahamilah bahwa tampilan di alam-
dunia ini terbalik-balik: gelar "raja" disematkan
pada orang-orang yang sebenarnya tawanan.
Banyak orang yang pantas digantung
diagung-agungkan masa bagaikan pemakai jubah kaisar.
Mereka seperti kuburan kaum kufur,
yang tampak bagaikan jubah al-Jannah,
sementara didalamnya berlangsung murka dari Dia yang Maha Agung, Maha Kuasa.
Pecinta dunia telah disemen bagai kuburan,
hijab bangga-diri rapat membungkus.
Makhluk malang itu menghias diri dengan kebajikan palsu,
seperti pohon kelapa tanpa memiliki daun atau berbuah.
Catatan:
Puisi tentang 'merak,' unggas ke dua dari empat
u
Sumber:
Rumi: Matsnavi V 395 - 419.
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson
Didapat : https://www.facebook.com/hamdi.akhsan.7
akhukum fillah arif zainurrohman
0 komentar:
Posting Komentar