Menyambut Generasi Baru

Alangkah syahdu menjadi kepompong, berkarya dalam diam,
bertahan dalam kesempitan. Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu -kupu,
tak ada pilihan selain terbang menari;  melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia. - Salim A. Fillah - Dalam Dekapan Ukhuwah

Zaman terus berganti, bak siang dan malam yang saling berlomba - lomba mewarnai langit, Bulan dan bintang serta matahari tak mau kalah menyertai malam dan siang, tertunduk patuh pada penciptanya, andaikan mereka dapat berbicara, tentu mereka akan mengabarkan betapa nikmatnya mematuhi perintah Rabbul 'Alamin.

Setiap tawa merepresentasikan kebahagiaan, setiap tangis merepresentasikan kesedihan, setiap senyum merepresentasikan keramahan, setiap cemberut merepresentasikan cuek. Tawa, tangis,senyum, dan cuek adalah sebagian warna warni dalam kehidupan.

Selalu ada konflik dalam setiap cerita, selalu ada tangis dalam setiap bahagia, selalu ada usaha dalam setiap kesuksesan. Tapi yakinlah setiap hasil tidak akan pernah mengkhianati prosesnya.

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati .... (QS. Al Ankabut : 57).

Hidup ini singkat, tapi hidup bukan sekedar hidup, selalu ada kejutan - kejutan kecil dalam hidup, kesalahan, pengalaman dan keadaan menjadi guru yang baik yang Allah hadirkan dalam kehidupan.

Setiap generasi memiliki masa jayanya, tak perlu risau dengan paradigma dakwah. Dakwah bukan paksaan, bukan pula pekerjaan. Dakwah adalah kebutuhan, siapa yang butuh dengan dakwah, maka ia akan memenuhi kebutuhan tersebut.

Setiap manusia memiliki titik jenuh, dan setiap manusia pasti akan mengalami titik jenuh itu. Tapi akankah kita akan tenggelam dalam titik jenuh itu, relakah kita berlama - lama dalam kejenuhan, berfikirlah cerdas, lihat teman - temanmu, lihatlah wajah ibumu, lihatlah wajah ayahmu, mereka selalu menyambutmu dengan senyuman, tegakah dirimu melihat wajah sedih kedua orang tuamu karena keadaanmu, relakah dirimu melihat air mata mengalir dari mata orang tuamu. Sadarlah, perjalanan hidup begitu panjang, masalahmu hanya sebagian kecil dari kehidupan, jangan biarkan dirimu terlelap dalam kekerdilan, bangkitlah dari istirahatmu, jangan ragu melangkahkan kakimu. Tidak pernah ada peluh yang jatuh sia - sia, sebagaimana debu yang bisa menggantikan air.

Zaman kami segera usai. Kapal kita akan segera berlabuh. Setengah perjalanan hampir selesai kita tempuh. kita telah sama - sama menjadi saksi atas bergilirnya peristiwa. Tidak sedikit teman - teman kita yang hilang tersesat, terasing dalam nostalgia dunia.

Kita lihat tangan - tangan mungil penuh luka, tiada ragu dari mereka mempertahankan layar, menjaga kokohnya kebanggaan sebagai insan yang sempurna akalnya. Aku bahkan selalu ingat betapa galaknya aku dihadapan kalian semua. 

Ini bukan soal organisasi. Ini soal kita, kita yang berlayar di lautan dakwah. Aku berfikir aku takkan bisa berlayar seorang diri. Sendiri itu sepi, lautan dakwah ini begitu luas, banyak ruang untuk kita menikmati lautan yang luas ini. Pahala jama'ah tentu lebih banyak daripada pahala munfarid bukan.

Di lautan ini panas ketika siang. Lautan ini dingin ketika malam. Kadang terik matahari serasa membakar kulit, kadang tajamnya hujan menusuk - nusuk kulit, dinginnya malam menembus hingga ke tulang - tulang. Tapi tentunya kau tahu itu.
Semua itu hanyalah ujian kecil. Aku tahu kalian lebih tangguh dariku.

Satu hal yang ingin aku katakan pada kalian, tentu setengah perjalanan ini begitu singkat. Tentu aku belum mengenal kalian dengan baik. Maafkan Aku yang mengira bahwa aku telah mengenal kalian seluruhnya. Aku berfikir aku bisa mengenalkan kalian pada lautan dakwah yang begitu luas ini. Maafkan aku yang berangan - angan mampu mengajak kalian mengarungi luasnya lautan. Maafkan...
karena aku yang tak mengerti kalian.

Akhir bulan januari kapal kita akan berlabuh, ada banyak luka dan duka, ada banyak pula tawa dan canda. Tampak ada kerusakan pada kapal kita. Tibalah waktu untuk memperbaiki kerusakan - kerusakan pada kapal kita. Tiba waktu untuk memperbaharui bekal untuk setengah perjalanan berikutnya.

Akan menjadi pilihan bagi kalian, akankah tetap berada di kapal melanjutkan perjalanan kita atau kembali ke kampung halaman masing - masing.

Satu hal pintaku, jadilah manusia yang berharga, jadilah manusia yang tangguh, jadilah manusia yang hanya takut pada penciptanya saja. Jadilah lentera penerang sekeliling kalian, tumbuh dan perkembanglah menjadi generasi - generasi pembentuk peradaban.

Siapapun dan berapapun yang tetap kembali ke kapal, kapal kita akan tetap berlayar, mengarungi lautan, menemukan hal -hal baru, menciptakan kisah - kisah baru, mencatat sejarah untuk generasi - generasi berikutnya.

Dalam gelap kokoh bagai lilin,
Sebatang kara menyala,
Begitu indah nyala darinya api,
Tak ragu cibiran gelap kala dirinya akan menghilang,
Tiada takut berkorban dalam dinginnya sepi,
Membakar diri demi melihat indahnya kegelapan malam.

Teruntuk generasi yang menemaniku menuju ujung lautan.

Ibu Kota, 2 Januari 2017

Akhukumfillah Sekum Faris 2016/2017

0 komentar:

Posting Komentar