Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hikmah. Tampilkan semua postingan

Menyambut Generasi Baru

Alangkah syahdu menjadi kepompong, berkarya dalam diam,
bertahan dalam kesempitan. Tetapi bila tiba waktu untuk jadi kupu -kupu,
tak ada pilihan selain terbang menari;  melantun kebaikan di antara bunga, menebar keindahan pada dunia. - Salim A. Fillah - Dalam Dekapan Ukhuwah

Zaman terus berganti, bak siang dan malam yang saling berlomba - lomba mewarnai langit, Bulan dan bintang serta matahari tak mau kalah menyertai malam dan siang, tertunduk patuh pada penciptanya, andaikan mereka dapat berbicara, tentu mereka akan mengabarkan betapa nikmatnya mematuhi perintah Rabbul 'Alamin.

Setiap tawa merepresentasikan kebahagiaan, setiap tangis merepresentasikan kesedihan, setiap senyum merepresentasikan keramahan, setiap cemberut merepresentasikan cuek. Tawa, tangis,senyum, dan cuek adalah sebagian warna warni dalam kehidupan.

Selalu ada konflik dalam setiap cerita, selalu ada tangis dalam setiap bahagia, selalu ada usaha dalam setiap kesuksesan. Tapi yakinlah setiap hasil tidak akan pernah mengkhianati prosesnya.

كُلُّ نَفۡسٍ۬ ذَآٮِٕقَةُ ٱلۡمَوۡتِ‌ۖ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati .... (QS. Al Ankabut : 57).

Hidup ini singkat, tapi hidup bukan sekedar hidup, selalu ada kejutan - kejutan kecil dalam hidup, kesalahan, pengalaman dan keadaan menjadi guru yang baik yang Allah hadirkan dalam kehidupan.

Setiap generasi memiliki masa jayanya, tak perlu risau dengan paradigma dakwah. Dakwah bukan paksaan, bukan pula pekerjaan. Dakwah adalah kebutuhan, siapa yang butuh dengan dakwah, maka ia akan memenuhi kebutuhan tersebut.

Setiap manusia memiliki titik jenuh, dan setiap manusia pasti akan mengalami titik jenuh itu. Tapi akankah kita akan tenggelam dalam titik jenuh itu, relakah kita berlama - lama dalam kejenuhan, berfikirlah cerdas, lihat teman - temanmu, lihatlah wajah ibumu, lihatlah wajah ayahmu, mereka selalu menyambutmu dengan senyuman, tegakah dirimu melihat wajah sedih kedua orang tuamu karena keadaanmu, relakah dirimu melihat air mata mengalir dari mata orang tuamu. Sadarlah, perjalanan hidup begitu panjang, masalahmu hanya sebagian kecil dari kehidupan, jangan biarkan dirimu terlelap dalam kekerdilan, bangkitlah dari istirahatmu, jangan ragu melangkahkan kakimu. Tidak pernah ada peluh yang jatuh sia - sia, sebagaimana debu yang bisa menggantikan air.

Zaman kami segera usai. Kapal kita akan segera berlabuh. Setengah perjalanan hampir selesai kita tempuh. kita telah sama - sama menjadi saksi atas bergilirnya peristiwa. Tidak sedikit teman - teman kita yang hilang tersesat, terasing dalam nostalgia dunia.

Kita lihat tangan - tangan mungil penuh luka, tiada ragu dari mereka mempertahankan layar, menjaga kokohnya kebanggaan sebagai insan yang sempurna akalnya. Aku bahkan selalu ingat betapa galaknya aku dihadapan kalian semua. 

Ini bukan soal organisasi. Ini soal kita, kita yang berlayar di lautan dakwah. Aku berfikir aku takkan bisa berlayar seorang diri. Sendiri itu sepi, lautan dakwah ini begitu luas, banyak ruang untuk kita menikmati lautan yang luas ini. Pahala jama'ah tentu lebih banyak daripada pahala munfarid bukan.

Di lautan ini panas ketika siang. Lautan ini dingin ketika malam. Kadang terik matahari serasa membakar kulit, kadang tajamnya hujan menusuk - nusuk kulit, dinginnya malam menembus hingga ke tulang - tulang. Tapi tentunya kau tahu itu.
Semua itu hanyalah ujian kecil. Aku tahu kalian lebih tangguh dariku.

Satu hal yang ingin aku katakan pada kalian, tentu setengah perjalanan ini begitu singkat. Tentu aku belum mengenal kalian dengan baik. Maafkan Aku yang mengira bahwa aku telah mengenal kalian seluruhnya. Aku berfikir aku bisa mengenalkan kalian pada lautan dakwah yang begitu luas ini. Maafkan aku yang berangan - angan mampu mengajak kalian mengarungi luasnya lautan. Maafkan...
karena aku yang tak mengerti kalian.

Akhir bulan januari kapal kita akan berlabuh, ada banyak luka dan duka, ada banyak pula tawa dan canda. Tampak ada kerusakan pada kapal kita. Tibalah waktu untuk memperbaiki kerusakan - kerusakan pada kapal kita. Tiba waktu untuk memperbaharui bekal untuk setengah perjalanan berikutnya.

Akan menjadi pilihan bagi kalian, akankah tetap berada di kapal melanjutkan perjalanan kita atau kembali ke kampung halaman masing - masing.

Satu hal pintaku, jadilah manusia yang berharga, jadilah manusia yang tangguh, jadilah manusia yang hanya takut pada penciptanya saja. Jadilah lentera penerang sekeliling kalian, tumbuh dan perkembanglah menjadi generasi - generasi pembentuk peradaban.

Siapapun dan berapapun yang tetap kembali ke kapal, kapal kita akan tetap berlayar, mengarungi lautan, menemukan hal -hal baru, menciptakan kisah - kisah baru, mencatat sejarah untuk generasi - generasi berikutnya.

Dalam gelap kokoh bagai lilin,
Sebatang kara menyala,
Begitu indah nyala darinya api,
Tak ragu cibiran gelap kala dirinya akan menghilang,
Tiada takut berkorban dalam dinginnya sepi,
Membakar diri demi melihat indahnya kegelapan malam.

Teruntuk generasi yang menemaniku menuju ujung lautan.

Ibu Kota, 2 Januari 2017

Akhukumfillah Sekum Faris 2016/2017

Menulis dan Peradaban

Waktu terus berjalan. Detik demi detik bergulir bersemayam dalam hembusan angin, melanglang Buana menjelajah semesta. Zaman telah lama berganti. Masa - masa keemasan yang dulu pernah menghiasi daratan eropa, hilang bagai dongeng tak berbekas. Hilang ditelan dinginnya tangan - tangan kapitalis. Peradaban islam, apakah hanya sekedar dongeng sebelum tidur?

Seperti itulah, sepenggal kisah yang diwasiatkan kepada diri penulis. Kisah pertama yang membuat penulis menenggelamkan diri di ruangan sunyi. Sebuah ruangan yang menjadi tempat berdiamnya sosok muda penuh semangat, penimang diri penulis.

Buku adalah harta yang tak ternilai harganya. Tempat bersemayamnya ilmu - ilmu yang menghiasi gelapnya malam. Buku adalah guruku,  kata beliau. Buku - buku inilah yang telah mendidikku,  dan akan mendidikmu kelak. Dari buku - buku inilah kita mengenal masa lalu, mengenal masa - masa kejayaan islam, mengenal betapa megahnya sebuah zaman keemasan.

Eropa, benua biru itu, tidak disangka, disanalah tempat bersemayamnya peradaban itu, di sana pula tempat terkuburnya peradaban itu. Persia, Yunani, dan Romawi. Tempat lahirnya karya - karya masterpiece yang menelurkan begitu banyak ilmuwan - ilmuwan di masa lalu.

Lalu apa yang menyebabkan peradaban itu hilang bak dongeng belaka? Apa yang terjadi sehingga terjadi kemunduran yang dahsyat itu? Salah satu penyebab mendasar adalah menghilangnya tradisi membaca dan menulis. Tradisi yang dahulu begitu populer di zamannya. Tradisi yang populer oleh ulama - ulama kita, kini hilang, lenyap tak berbekas. Bahkan telah terjadi perpindahan tradisi yang merubah kiblat ilmu, menjadi simbol kebanggaan orang - orang barat.

Hilangnya tradisi menulis dari umat islam, hilanglah peradabannya. Yang kita lihat kini, sejarah - sejarah hanya menjadi candu, hanya menjadi kenangan nostalgia, hanya menjadi gemerlap sinar di malam hari yang hilang di siang hari.

Buku adalah faktor kemajuan. Darinya, menetaslah pola pikir kritis, nalar yang cerdas. Menjadi pondasi bangunan yang kokoh.

Ingatkah kalian dengan kejayaan - kejayaan islam? Apakah kalian hanya akan menjadi penonton saja? Apakah kalian akan akan membiarkan sejarah hanya sebatas dongeng saja? Relakah kalian hidup dalam kekosongan? Dimana semangatmu wahai pemuda - pemudi islam?

Tidak malukah kita terhadap ulama - ulama kita? Siang malam ulama - ulama kita menghabiskan waktunya untuk mengkaji dan mengkaji ilmu. Membaca dan menulis puluhan bahkan ratusan buku.

Dimana peranmu? Sesibuk apakah dirimu? Akankah kita akan membiarkan ilmu - ilmu itu hilang ditelan zaman? 

Kencangkan ikat pinggangmu, genggam penamu, buka bukumu, buka matamu, buka hati dan fikiranmu. Kembalikan peradaban yang hilang.

Masjid




أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ ۖ فَعَسَىٰ أُولَٰئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ

“Orang yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk” (QS. At Taubah : 18)

Sebaik - baik tempat di muka bumi adalah masjid. Masjid adalah kepunyaan Allah Ta'ala. Ketika hijrah, bangunan pertama yang dibangun adalah masjid. Masjid menjadi pusat kegiatan muslim. Masjid bukan sekedar tempat ibadah saja. Masjid menjadi tempat diskusi, menjadi tempat belajar, menjadi tempat baitul maal dan sebagainya.

Masjid bukan pasar, masjid bukan tempat makar. Sedih rasanya melihat masjid yang lusuh, melihat masjid tak terawat, melihat masjid tanpa suara adzan, melihat masjid tanpa suara kalam ilahi, melihat masjid tanpa suara sabda nabi, melihat masjid tanpa anak - anak belajar Al - Qur'an.

Di zaman ini, begitu banyak orang - orang berlomba - lomba membangun masjid. Megah dengan gambaran yang mewah, megah dengan memperkaya fasilitas, megah dengan menghias setiap bagiannya. Namun sayang, bukan itu yang menjadi inti dari pemakmuran masjid. Jangan jadikan masjid sebagai pajangan penghias lingkungan. Masjid bukan tempat kalian membangga - banggakan jerih payah kalian. Masjid bukan panggung tempat kalian beratraksi. Masjid bukan tempat kalian mencari kekayaan. Masjid bukan tempat kalian mencari OTORITAS. Masjid bukan tempat kalian membuat MAKAR. Betapa banyak masjid megah dan mewah namun sepi jama'ah. Kenyamanan tidak bisa diperoleh dengan kemegahan dan kemewahan. Kenyamanan tidak bisa diperoleh dengan MAKAR.

Kalaulah yang dimaksud dengan memakmurkan masjid adalah dengan bermegah - megahan dan bermewah - mewahan tentu geraja - gereja itu lebih berhak mendapat julukan "sebaik - baik tempat" di bumi. Bahwa apa yang dimaksud dengan memakmurkan masjid adalah menjaga keterawatan masjid, kebersihan masjid, menghias masjid dengan seyum dan keramahan dari pengurusnya. Menyambut baik aspirasi jama'ah, bukan memprovokasi jama'ah untuk mengabulkan keinginan jama'ah. Meramaikan majelis ilmu, meramaikan shalat jama'ah dan kegiatan positif lainnya.

Fenomena di masjid tempat penulis biasa singgah, menjadi pelajaran bagi penulis dan mengingatkan kembali betapa berbahayanya bujuk lembut setan dalam mempengaruhi para pengurus masjid.

Nas'alullah as-salamah wal 'afiyah


akhukumfillam arifzainurrohman

Ibu Kota, 12 Desember 2016

Pekerja Keras

Mengutip tulisan akh ghifar :
"Sepanik apakah dirimu ?  Hingga idealismu dalam agama ini hilang sejenak ? Tenangkan dirimu, tidakkah kau ingat rabbmu ?"
Dalam sebuah diskusi ringan beberapa waktu lalu, terdapat seorang teman yang menceritakan tentang seseorang yang memiliki banyak konstribusi. Yang menjadi poin diskusi adalah semangat dan konstribusi. Seseorang dengan semangat yang tinggi telah memberikan beberapa konstribusi. (Kata orang)
Namun sayang sekali, sebuah pekerjaan yang mulia hanya akan dilakukan dengan cara - cara yang mulia dan hanya dilakukan oleh orang - orang yang mulia. Timbul beberapa pertanyaan dalam diskusi tersebut. Apakah hanya hasil yang ada difikirannya ? Apakah ia tidak memperhatikan proses dan niatnya ? Apakah prosesnya hanya menjadi sebuah jembatan untuk mencapai tujuannya ? Tidakkah ia berusaha untuk menikmati dan memperbaiki ketika melewati jembatan itu ? Dan apakah hasil yang telah ia capai sekarang ini benar - benar hasil dari apa yang diniatkannya dahulu kala ? Apakah ia menikmati hasilnya sekarang ? Maniskah buah dari hasil pekerjannya ?
Sebuah hasil adalah bentuk perwujudan dari sebuah niat yang konsisten dalam setiap proses. Konsiten antara niat dan hasil yang dijaga dalam setiap proses menjadi tantangan tersendiri.
Sebagaimana siklus air, diawali dengan air yang kemudian menjadi air kembali. Pemanasan air laut oleh matahari, kemudian berevaporasi, dan jatuh lagi  sebagai presipitasi dalam bentuk hujan,  salju,  hujan es,  dan salju.  Semua kembali menjadi air. Siapakah yang tetap menjaga siklus air tersebut? Siapa yang dapat menjaga niat agar tetap konsisten dengan perkataan dan perbuatan?
Dakwah adalah perbuatan yang mulia, awalilah dengan niat yang mulia, lakukan dengan cara - cara yang mulia, dan capailah hasil dakwah yang mulia.
Buanglah jauh - jauh tujuan - tujuan pribadi, jangan kotori dakwah dengan pemikiran - pemikiran menyimpang. Konsistensikan niat dalam setiap perkataan dan perbuatan untuk mencapai hasil yang baik.
Bilalah seseorang semangat dan banyak berkontribusi, jujur dalam hal keuangan, namun melanggar prosedur dan memiliki tujuan pribadi serta berakhlak tercela,  maka ia tak ubahnya seperti sebuah tannaman berduri penghias taman. Fungsinya hanya sebatas pelengkap keanekaragaman tanaman. Tampak kecil dipandangan mata namun menyakiti bila didekati.
Qultu :
"Pelaku kerja keras tanpa mempertimbangkan niat dan proses, hanya sebatas berfikir untuk tujuannya,  tak lebih dari sekedar "pekerja keras" saja. Tak ada manfaat yang dapat diambil darinya."
Apakah rela kau jual agamamu untuk tujuan - tujuan pribadimu ? Semoga Allah Ta'ala menjauhkan diri ini dari benalu - benalu agama.
Perbaikilah niat, perbaikilah proses, untuk mencapai hasil yang bermanfaat.
Nas'alullah as-salamah wal 'afiyah
Akhukumfillah arifzainurrohman
Ibu kota , 6 Desember 2016

Performance : Yang Ditampakkan dan Yang Disembunyikan

Oleh :
arifzainurrohman
Masih ingat dengan peristiwa akbar di bumi pertiwi ini? Negeri yang penduduknya memiliki sifat ramah dan santun.  Negeri yang penduduknya memegang Teguh akan ajaran - ajaran lembut dari pada pendahulunya.  Negeri yang tenang dan damai.  Negeri yang penduduknya menjunjung tinggi nilai - nilai adab dan norma. Negeri yang dihiasi dengan senyum,  canda,  dan tawa.
Tapi apa yang terjadi? Kedamaian itu sontak terguncang dengan perilaku seseorang yang sama sekali tidak diwariskan oleh para pendahulu kami. Tidak pula dicontohkan oleh ustadz - ustadz dan guru - guru kami. Dengan pongahnya dia melakukan hal yang tercela itu. Siapa ia? Mengapa ia berbuat demikian? Mengatasnamakan nama orang lain untuk ambisinya. Menjual nama orang lain untuk menjalankan ambisinya. Mengkritisi apa - apa yang seharusnya bukan menjadi kewajiban dan haknya. Apa ambisinya?
Telah banyak kebohongan bertebaran memekikkan telinga. Telah banyak perilaku yang merusak pandangan mata. Merusak stabilitas lingkungan. Seseorang yang lebih dahulu mengenyam kehidupan seharusnya memberikan contoh atau teladan yang baik bagi yang lebih muda. Tidak layak bagi seorang kakak tingkat membohongi adik tingkatnya. Menghasut dan menebar fitnah di dalam bangunan yang suci itu.
Bagi kami, kalau kalian bekerja keras dan mengikuti peraturan atau prosedur dengan baik (termasuk kejujuran dalam hal keuangan)  pastilah perfomance kalian Bagus,  seperti para profesional di tempat - tempat megah, tapi sayang,  itu hanya sebatas kerja keras saja, bukan orang yang patut untuk diteladani atau dihormati.
Pada kenyatannya untuk sekarang ini, anda hanya sebatas pekerja keras saja,  bukan suri tauladan. Dan yang paling menyedihkan adalah kerja keras yang anda lakukan kian sirna dan hina dihadapan dunia.
Wallahu a'lam bish-showab
#junjungtinggikejujuran
#junjungtinggikeikhlasan
#junjungtingginilainilaiislam
#janganlemparkotorankaliankewajahkami
Akhukumfillah arifzainurrohman
Ibu kota 5 desember 2016

Menapaki keramik setapak demi setapak


Oleh :
Arif Zainurrohman
     Seperti biasa hari ini matahari masih terbit dari timur, langit masih berwarna biru, awan berwarna putih, dan angin berhembus sepoi sepoi bak mengabarkan bahwa hari ini akan terjadi sesuatu yang baik. Burung – burung berterbangan ke sana ke mari, lompat ke atas dan ke bawah seolah olah sedang menunjukkan sebuah pertunjukkan pada diri ini, memanjakan mata, seolah – olah mengabarkan bahwa mereka sehat dan bahagia.
      Kuangkat wajahku menatap langit, kupejamkan mataku, kubuka lebar – lebar telingaku mendengar suara – suara yang bergemuruh di sekelilingku, kurasakan hembusan angin dengan kulit – kulitku, kulepaskan semua kegundahan hati pada saat itu juga. Perlahan namun pasti gundahku mulai memudar seiring dengan perginya angin yang menerpa kulit – kulitku. Sungguh damai perasaan ini, andailah dapat kualami peristiwa ini setiap detiknya.
     Tiba – tiba saja ada sesuatu yang menganggu kedamaian ini, kulihat beberapa anak kecil berlarian tertawa riang, entah apalah yang sedang mereka tertawakan. Tanpa sadar akupun tersenyum melihat tingkah polah mereka. Lalu kulihat ke arah yang lain kulihat pula seorang anak kecil berjalan dengan khusyunya. Setelah kuperhatikan ternyata ia sedang berjalan menapaki keramik – keramik kecil di pinggir jalan setapak demi setapak.
    Melihat anak itu membangkitkan memori lama, memori masa kanak – kanakku, masa yang indah dimana tidak ada pemrograman, tidak ada bahasa inggris, tidak ada integral, tidak ada turunan, dan hal – hal yang membuatku gundah seperti sekarang ini. Masa dimana tidak ada pertengkaran karena masalah hubungan laki – laki dan perempuan.
     Teringat bahwa dahulu ketika pulang sekolah jalanan itu pula lah yang sering ku lewati, menapaki keramik setapak demi setapak, walau terasa lama namun entah kenapa rasa bahagia itu datang, meringankan beban di kepala. Melupakan sederetan rumus – rumus yang ku tak tahu asal muasalnya.
    Sungguh indah masa kanak – kanak, Tapi tentulah waktu terus bergulir, setiap insan akan menjadi tua, semakin bertambah pula perkara – perkara yang harus dihadapinya.
       Walaupun perkara – perkara itu semakin bertambah bukan berarti insan itu tidak dapat bahagia. Terkadang diri ini selalu menginginkan waktu bergulir kebelakang kembali ke masa kanak – kanak yang bahagia, ke masa dimana diri ini menjadi “raja”, namun tentulah pemikiran itu tidak baik. Menginginkan kebahagiaan bukan berarti dengan menginginkan waktu berhenti pada peristiwa dimana kita sedang bahagia. Bahagia bukanlah sesuatu hal yang cukup sulit untuk di dapatkan.
       Dengan melihat insan lain bahagia terkadang kita dapat ikut berbahagia, dengan melihat orang lain tertawa terkadang kita dapat ikut tertawa.
“Rasa itu bagaikan penyakit menular, jika ingin tertular rasa, maka dekatilah orang yang memiliki rasa yang kita inginkan, insya allah rasa itu akan menular ke kita, sebagaimana penyakit menular ke insan lain”
AZ
     Dengan melihat anak – anak kecil bermain tertawa riang, menumbuhkan rasa bahagia yang hampir terlupa oleh diri ini. Bukankah bahagia itu sederhana, mungkin akan terasa sulit bagi setiap insan untuk memahaminya, karena perbedaan atmosfer dan lingkungan kehidupan yang kita jalani.
Demikian cerita dari kehidupan sang fakir ilmu wa fakir amal ini, ana tutup dengan firman Allah Ta'ala :
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa):”Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.[QS:2:286]”

Ibu Kota, 27 Mei 2015

akhukumfillah arifzainurrohman

Menapaki Kembali Hikmah yang Terlupa


Oleh :
Arif Zainurrohman
 
      Manusia adalah makhluk yang diciptakan secara sempurna dan diciptakan dengan sebaik – baiknya.
Surat At-Tin [95]: 1 -4, "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah) yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalom bentuk yang sebaik-baiknya." Kemudian ia melanjutkan, "
     Ayat tersebut menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang lebih cantik daripada manusia karena ia diciptakan sebaik-baiknya."
     Ya itulah salah satu pelajaran yang merasuk hati dalam perkuliahan ini. Bahwa manusia itu makhluk yang paling sempurna, memiliki akal, memiliki hawa nafsu. Namun dengan kesempurnaan itu terkadang diri ini lupa bahwa diri ini adalah makhluk. Terkadang diri ini tidak sabar, sehingga terlalu tergesa – gesa, terkadang lupa akan arti keikhlasan. Selalu menginginkan sesuatu hal yang besar tetapi ingin terlaksana dengan cepat atau instan. Lupa bahwa semua butuh proses, lupa akan niat, bahwa niat itu haruslah Lillahi Ta'ala.
     Seperti yang terjadi pada pengalaman sekarang ini, menginginkan agar orang lain semangat dalam belajar. Lupa bahwa dalam mengajar dan belajar itu butuh kesabaran. Tidaklah dengan nafsu agar orang – orang mau belajar, menginginkan mereka untuk selalu datang dalam setiap pertemuan, memaksa mereka untuk rajin. Lupa bahwa setiap insan memiliki kepentingannya masing – masing.
Diceritakan bahwa :
“Mewariskan ilmu itu tidak sulit, yang sulit itu menumbuhkan rasa semangat dan mewariskan semangat kepada kalian”
      Dilanjutkan bahwa mengajar tidaklah sulit mudah, cukup membertahukan apa yang ingin diberitahukan namun menumbuhkan semangat kalian, menumbuhkan motivasi kalian itu tidaklah mudah. Terkadang saya inginkan kalian melebihi semangat saya dalam belajar, sehingga kalian tidak sulit untuk menerima ilmu – ilmu yang saya ajarkan. Bahwa kalian kelak akan mengajar, menggantikan saya dan guru – guru yang lain. Saya ini sudah tua, mungkin saya tidak memiliki kesempatan mengajarkan ilmu – ilmu pada anak cucu saya kelak. Jadi saya berdo'a agar kalianlah yang mengajarkan pada anak cucu saya kelak tentang ilmu – ilmu yang pernah saya ajarkan atau ilmu – ilmu yang kalian pernah pelajari.
     Dari cerita itulah menguatkan azam diri ini untuk tetap sabar dalam menuntut ilmu. Bahwa menuntut ilmu itu tidaklah mudah. Ada banyak godaan, dimana syaitan – syaitan selalu bersemangat dan giat sekali mengajak insan pada hal – hal yang buruk.
        Berkata Al-Imam As-Syaafi’i dalam bait sya’ir beliau:
“Hendaknya engkau bersabar atas pahitnya perangai kasar sang guru, karena melekatnya ilmu senantiasa menyertainya. Siapa yang tidak merasakan kehinaan belajar barang sesaat, sungguh ia akan meneguk hinanya kebodohan seumur hidupnya...
Maka siapa yang tidak mau belajar di masa mudanya, hendaklah ia bertakbir sebanyak empat kali atas kematiannya...
Demi Allah, hidupnya seorang pemuda bergantung dengan ilmu dan taqwa. Jika keduanya sirna, maka tiada lagi jati dirinya...” (Abyaat Fi Thalabil ‘Ilmi)
      Demikian sekelumit hikmah dari perkuliahan yang terjadi pada diri ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat.


Ibu Kota, 27 Mei 2015

akhukumfillah arifzainurrohman


Menata serpihan serpihan azam yang mulai menghilang


Oleh :
Arif Zainurrohman

       Hari ini entah apa yang terjadi tiba tiba saja muncul kegelisahan dalam hati. Ada apalah dengan diri ini sehingga tiba tiba saja menjadi gelisah. Mungkiinkah terjadi sesuatu di luar sana atau mungkinkah akan terjadi sesuatu yang besar pada diri ini. Apa ini yang namanya gundah ? Ah tentu tidak mungkin seorang apatis seperti diri ini mengalami hal seperti itu. Dekat dengan perempuan saja tidak , mana mungkin gundah haha.
       Detik demi detik pun terlewati dengan keadaan hati yang tak menentu. Bahkan rutinitas sehari hari pun tak dapat menghilangkan kegelisahaan dalam hati. Apa yang salah ? Apakah ada ketidak ikhlasan dalam diri dalam menjalani kehidupan ? Ataukah akan ada seseorang yang kukenal akan pergi jauh ?. Tapi aku berfikir tak perlu risau karena dahulu pernah melewati fase ini.
Dahulu oh dahulu, gundahku kini mengingatkan sakitnya hati ini pada peristiwa yang terjadi beberapa tahun yang lalu. Kenapa ? Apakah akan ada hikmah yang akan diajarkan pada diri ini ketika telah berhasil melewatinya seperti dahulu ? Ataukah diri ini akan terpuruk dengan tidak kunjung hadir solusi untuk masalah ini ? Ya rabb hanya padamu aku menyembah dan hanya padamu aku mohon pertolongan.
           Ah sudahlah mungkin gundah ini sama saja seperti yang dahulu dan akan datang solusinya. Apa yang terjadi pada kegundahan dahulu kala ? Memori itu benar benar melekat erat dalam fikiran ini. Seorang guru yang begitu diri ini hormati harus pergi , pergi ketempat yang jauh entah kapan diri ini dapat menggapainya. Disaat diri ini menemukan sesosok manusia yang dapat dicontoh, dengan tiba tiba kehendak rabb untuk memisahkan kami.
“Bayang bayangmu yang dulu meneduhkan hati , menguatkan azam diri ini dalam belajar , kini telah hadir kembali , namun lagi dan lagi bayanganmu itu mulai menjauh dan memudar”
AZ
        Diri ini yang memiliki sifat apatis bisa bisanya memiliki empati padamu. Apa yang membuatmu begitu berbeda dan istimewa dalam pandangan diri ini ? Sungguh diri ini tak mengerti , mungkinkah dirimu dapat memberitahu pada diri ini apa yang sebenarnya terjadi. Mungkinkah diri ini belum dapat mengerti arti dari perjumpaan dan perpisahan. Walaupun mungkin diri ini tak mengerti , setidaknya pernah mengalaminya dan seharusnya dapat mengatasinya.
       Kini diri ini dipertemukan lagi dengan sesosok yang sangat mirip dengan dirimu guru, namun pada akhirnya akan sama seperti dengan hari hari denganmu. Seperti ada jarak yang menghalangi diri ini untuk dekat dengannya. Dan yang terjadi hanyalah menghormati dan mendoakannya tanpa terjadi keakraban , sama halnya seperti diri ini dan dirimu. Sungguh tak dapat dimengerti apa yang membuat lidah ini begitu kelu untuk sekedar mengucap salam padanya.
       Kebodohan yang tak kunjung hilang ini benar benar membuat hidup menjadi sulit. Apakah ada makhluk lain yang sengaja menjauhkan kami ataukah ada dosa pada diri ini yang membuat jarak dan rasa segan. Walau hanya sekedar berbincang rasanya sungguh sulit. Diri ini selalu berdoa agar selalu dapat dekat dan selalu mejaga hubungan baik dengan guru guru diri ini agar ilmu ilmu yang mereka sampaikan tumbuh subur di dalam hati. 



Ibu Kota, 27 Mei 2015

akhukumfillah arifzainurrohman

Kemampuan Mahasiswa

oleh :
arif zainurrohman

Melanjutkan tulisan tulisan yang telah lalu , penulis ingin menyampaikan sedikit ilmu yang telah guru guru dan dosen dosen –hafizhahullah- penulis sampaikan. Masih berhubungan dengan mata kuliah ISD. Mata kuliah ini telah menempati satu titik ruang di hati penulis, karena memang selain mata kuliahnya yang bersahabat, ternyata dosen –hafizhahullah- pun sangat bersahabat dengan para mahasiswa.
            Dalam kesempatan kali ini penulis akan membagi satu materi awal yang telah penulis dengar dari beliau. Judul dari materi ini sendiri adalah pengenalan mata kuliah ISD , namun ternyata bukan hanya sekedar pengenalan, ada beberapa hikmah yang dapat diambil. Dan penulis akan membagikan salah satu nya. Yaitu “Kemampuan Mahasiswa”.
            Kemampuan mahasiswa , kalimat ini dilisankan dengan penekanan. Karena memang bukan hanya sekedar kemampuannya saja yang dibahas. Akan tetapi adalah ilmu ilmu yang telah didapat oleh para mahasiswa dan harus dapat diterapkan dalam kehidupan sosial.
            Kemampuan mahasiswa ini sesuai dengan yang telah disampaikan kepada penulis, terbagi dalam tiga bagian. Tiga bagian itu insya allah akan dijabarkan secara rinci dan jelas dalam tulisan kali ini. Insya allah (^_^).

                                                                          


            Ini adalah model penjabaran visualisasi pertama yang beliau sampaikan pada penulis dan rekan rekan mahasiswa. Seorang mahasiswa sangat diharapkan memiliki tiga kemampuan ini. Mengapa demikian ? karena memang itu merupakan visi dari sebuah pendidikan. Karena terkadang kita sendiri bingung sebenarnya untuk apa sih kita belajar ? Untuk apa kita setiap hari bangun pagi pagi hanya untuk pergi ke sekolah ? Untuk apa kita selalu dipaksa taat pada tata tertib sekolah ? Ya itu adalah segelintir pertanyaan yang akan hadir disetiap pikiran orang orang. Namun telah menjadi sebuah tradisi sepertinya pertanyaan pertanyaan itu dijawab dengan jawaban singkat seperti biar pintar , biar bisa kerja , biar bisa
jadi sarjana, dan masih banyak lagi jawaban jawaban “singkat” lainnya. Bahkan dalam agama islam sendiri telah  ditegaskan dalam sebuah hadist :

خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”
(HR. Ahmad, Thabrani, Daruqutni. Dishahihkan Al Albani dalam As-Silsilah As-Shahihah)
           
Telah jelas sekali bukan ? Bahwa tujuan kita belajar adalah untuk mengaplikasikannya pada kehidupan sosial atau kehidupan masyarakat. Tidak mudah menerapkan ilmu pada kehidupan social. Namun acap kali kita mengabaikannya. Namun ada pula yang tidak kita sadari bahwa kita telah menerapkannya. Ada pula yang sampai lupa diri, lupa akan asal muasal ilmu itu sehingga membuatnya menjadi takabur.


            Baiklah mari kita mulai menerjemahkan maksud dari judul tulisan ini. Pada model penjabaran visualisasi yang pertama dapat kita saksikan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki tiga kemampuan , yaitu akademis , profesi , dan pribadi. Lalu apa sih maksud dari masing masing istilah tersebut ?. Menurut penuturan dari dosen – hafizhahullah- ISD :
1. Akademis adalah kemampuan mahasiswa yang menjurus pada bidang keahlian dari mahasiswa tersebut. Pembahasan ini ditujukan pada MKK atau Mata Kuliah Keahlian. Diberikan contoh adalah pada mahasiswa SITI yang mempelajari mata kuliah algoritma dan pemrograman, Matematika dasar , Fisika dasar , dan sejenis lainnya.
2. Profesi adalah kemampuan mahasiswa yang menjurus pada profesi mahasiswa tersebut. Pembahasan ini ditujukan pada mata kuliah jurusan masing masing. Diberikan contoh adalah mahasiswa TI yang mempelajari matakuliah metode numerik , matematika informatika , pemrograman aplikasi atau web , dan sejenisnya.
3. Pribadi adalah kemampuan mahasiswa yang menjurus pada kemampuan pribadi mahasiswa dalam mengembangkan potensi dirinya. Pembahasan ini ditujukan pada mata kuliah ini yaitu ISD (^_^).

Kemampuan pribadi meliputi penyerapan , mengingat , nalar , dan ide.
Penyerapan yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk dapat menyerap atau mengambil pelajaran dari apa saja yang telah disampaikan oleh dosen , guru , maupun orang orang lain. Penyerapan ini akan menimbulkan sebuah rasa perhatian, dengan melakukan penyerapan tentu kita akan terdorong untuk memperhatikan apa saja yang ada di sekeliling kita, sehingga kita dapat mengambil hikmah apapun dan sekecil apapun yang ada di sekeliling kita. Menurut penuturan beliau rasa perhatian ini akan menimbulkan rasa senang dalam diri kita sehingga kita akan menjadi ikhlas dalam setiap perjalanan kehidupan. Karena terkadang ada yang tidak mennyenangi suatu hal, sehingga membuatnya menjadi acuh. Nah mungkin inilah salah satu cara melatih diri untuk menyenangi sesuatu hal yang kita benci, yaitu dengan memperhatikannya terlebih dahulu barulah membuat keputusan.
Mengingat yang dimaksud di sini adalah kemampuan untuk dapat mengingat beberapa atau bahkan semua hal. Mengingat merupakan salah satu kemampuan yang sangat diperhatikan oleh beberapa orang. Misal mengingat rumus rumus. Dari kemampuan mengingat ini akan menimbulkan atau menjadikan seseorang untuk hafal. Ya , mengingat memang tujuan utamanya untuk hafal.
Nalar , kemampuan untuk memikirkan hal secara logis, tidak menimbulkan kerancuan atau ambigu. Nalar di sini menjadi sangat penting karena memang sangat dibutuhkan untuk melakukan sebuah analisa. Seperti programmer yang harus dapat menggunakan nalarnya untuk membuat sebuah algoritma , begitu juga setiap permasalahan. Dan menjadi sangat penting lagi bagi para mahasiswa SI yang akan menjurus pada system analisis. Dalam bidang ini tentu nalar dan analisanya akan sangat menonjol sekali.
Ide , kemampuan untuk menimbulkan sebuah gagasan atau kreativitas atau sesuatu yang baru, lain dari yang lain. Dalam menimbulkan ide ini dilakukan dengan imajinasi imajinasi yang biasa dilakukan oleh orang orang kebanyakan ( mungkin (^_^) ). Karena memang banyak muncul iden melalui imajinasi imajinasi. Menurut penuturan dosen –hafizhahullah – PTSI 1A, ide pesawat terbang muncul karena imajinasi. Wallahu a’lam.




                      Dari luas ke sempit


            Di atas adalah gambar penjabaran visualisai ke dua. Di tuliskan Dari luas ke sempit, bahwa sebenarnya telah banyak mahasiswa yang menyelesaikan studinya dengan kemampuan keahlian masing masing, mulai dari yang umum , khusus , sampai pada tahap yang mengembangkannya lebih lanjut. 
            Gambar tersebut dibaca dari bawah ke atas, menunjukkan bahwa tidak sedikit mahasiswa yang hanya memiliki kemampuan akademis hingga memiliki ke tiga kemampuan yang diharapkan.
Akademis , telah dijelaskan bahwa akademis adalah kemampuan keahlian yang bersifat umum, artinya setiap mahasiswa akan mempunyai kemampuan ini. Dan ternyata akan dan telah ada banyak sekali mahasiswa yang memiliki kemampuan ini. Contohnya adalah dokter umum, guru SD , guru matematika , guru fisika , dan banyak lagi.
Profesi , kemampuan profesi , kemampuan yang bersifat khusus atau spesial. Dimana mahasiswa yang telah mempunyai kemampuan ini berarti telah memfokuskan keahliannya dalam satu keahlian saja. Akan dan telah banyak juga orang orang yang mencapai tahap ini, akan tetapi jumlahnya tentu tidak sebanyak dengan orang yang berkemampuan umum. Dalam hal ini orang ini jelas adalah seorang yang ahli dalam bidang tertentu yang dipilihnya, dan itu sangat baik. Contohnya adalah dokter spesialis, dosen fisika dengan keahlian gelombang , dosen matematika metode numerik , dosen matematika logika matematika, dosen pemrograman java , dan lain sebagainya.
Pribadi , kemampuan ini bersifat sangat khusus. Dimana seseorang yang telah memfokuskan keahliannya pada satu bidang khusus kemudian menerapkannya pada kehidupan lalu menghadirkan pengalaman pengalaman untuk drinya sendiri maupun orang lain. Nah , pengalaman pengalaman inilah yang membuat keahlian seseorang menjadi semakin special dan bersifat pribadi, karena memang pengalaman pribadilah yang membuat keahliannya itu berkembang ketahap yang semakin tinggi dan special (^_^). Contohnya Dokter spesialis yang telah banyak menangani penyakit, seperti dokter spesialis bedah yang mendapat beberapa pengalaman dari beberapa proses pembedahan.
Tampak dari gambar ke dua bahwa semakin berkembangnya kemampuan manusia maka akan semakin sedikit yang dapat memilikinya dan mengembangkannya lebih jauh lagi. Sebuah pengerucutan , semakin lama semakin sedikit (^_^).





            Gambar ke tiga adalah gambar penjabaran visualisasi kemampuan mahasiswa penerapan himpunan pada kehidupan sosial.
1 . Akademis
2. Profesi
3. Pribadi

N adalah irisan dari ketiganya, yang artinya memiliki dari ketiganya. N inilah yang sangat diharapkan ada pada mahasiswa. Mampu menguasai sebuah keahlian , dan memfokuskannya secara mendalam serta mengembangkan keahlian itu pada potensi dirinya melalui pengalaman pengalaman dalam perjalanan hidupnya . 


Kuliah ISD

Ibu Kota , 11 Oktober 2013


akhukum fillah arif zainurrohman

KEAJAIBAN BURUNG YANG TERBANG SORE HARI

Sahabat sering kita melihat burung bangau atau sejenisnya terbang disore hari membentuk pola huruf "V" dan fenomena ini juga terjadi pada angsa - angsa yang berada dinegara - negara empat musim tepatnya pada musim gugur, subhanallah, fenomena membuat kita bertanya - tanya kenapa ya?

Dalam alqur'an surah al an'am dan al mulk Allah SWT berfirman :

Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu.....  ( al an'am : 38 )
Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.(al mulk :19 )


Berikut ini beberapa fakta mengenai burung - burung tersebut :
Kepakan sayap angsa di depan, memberi “daya dukung” bagi angsa dibelakangnya. Angsa di belakang tidak perlu susah-payah menembus ‘airwall’ di depannya. Hasilnya, seluruh

kawanan angsa dapat menempuh jarakterbang 71 % lebih Jauh dari pada kalau setiap angsa harus terbangsendiri-sendiri.
Kalau seekor angsa terbang keluar dari formasi rombongan, ia akan merasa berat dan sulit untuk terbang sendirian. Dengan cepat ia akan kembali ke dalam formasi untuk mengambil keuntungan dari daya dukung yang diberikan angsa di depannya.
Ketika angsa pemimpin yang terbang di depan menjadi lelah, ia terbang memutar ke belakang formasi, dan angsa lain akan terbang menggantikan posisinya.
Angsa-angsa yang terbang dalam formasi mengeluarkan suara riuh-rendah dari belakang memberi semangat kepada angsa yang terbang di depan sehingga kecepatan terbang dapat dijaga.
Ketika seekor angsa menjadi sakit, terluka, atau ditembak jatuh, dua angsa lain akan ikut keluar dari formasi bersama angsa tersebut dan mengikutinya terbang turun untuk membantu dan melindungi. Mereka tinggal dengan angsa yang jatuh dan berusaha untuk mendorongnya agar dapat terbang lagi, tidak sampai mati. Setelah itu mereka akan terbang dengan kekuatan mereka sendiri atau dengan membentuk formasi lain untuk mengejar rombongan mereka.
sahabat Alqur'an bukanlah hanya sekedar kitab yang ajaib, tetapi petunjuk dan pedoman hidup kita, mari kita pelajari dan amalkan serta sampaikan,

Kitab(Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (Al Baqarah :2 )




Terpaksa Menikah

     Berikut adalah sebersit cerita dari seseorang , lebih tepatnya perbincangan atau sharing antara laki laki dengan laki laki . Semoga bermanfaat, bisa diambil hikmahnya/pelajarana. aamiin

siswa : assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh

guru  : waalaikum salam warahmatullah wa barakatuh

siswa : saya mau tanya lagi pak
           ada seorang lelaki yang sudah beristri dan punya anak
           hidup mreka bahagia dari semua segi
           materi/agama dll
           kemudian di hadapkan pada 1 perempuan yg begitu mencintai laki - laki itu
           sang istri ikhlas di madu
           tapi laki" itu gk mau
           dya nikah hanya karena permintaan sang istri
           tapi lelaki itu memberi nafkah perempuan itu
           tapi gk pernah berduaan
          gk pernah berhubungan badan
           pernikahan seperti itu gmn hukumnya ?

guru  : ya.... kalo istri sudah masuk masa dimana seks bukan kebutuhannya... ya ... artinya ga buth itu...ya                gpp, tapi kalo istrinya butuh yaa... harusnya suaminya berusaha untuk memenuhi...

siswa : masalah seks
           kalau hanya menyatukan badan saja
           tanpa cinta
           tanpa ikhlas
           apakah tidak apa"

guru  : cinta itu kan urusan hati, ya... setahu saya ga ada sangkutannya sama syrat sah-nya nikah...
        menurut saya nikahnya tetap sah... tetapi kurang toyyib aja, karena ada unsur keterpaksaan didalamnya

siswa : tapi bukannya itu malah menyakiti sang istri kedua sekaligus sang suami
           mungkin memang istri pertama berserah diri
           istri kedua selalu berharap dapat kasih sayang
            tapi yg ada malah sikap sinis
            sang suami juga jadi mulai pudar rasanya sama istri pertama
            blom lagi kalau sang suami sama istri kedua depresi
            akhirnya jadi alkoholic
            apa itu yg di inginkan dengan sang istri ke 2 ?
             itukah cinta yang di harapkannya ?
            sang istri pertama mungkin dengan yakinnya akan mendapat surga
            apakah akan benar bgtu ?
            saya pikir mudharatnya jauh lbih byk dri pada manfaatnya
            masalah cinta masalah hati
            masalah hati itu masalah kejiwaan
            bgtulah pemikiran saya mengenai kemungkinan" yg mungkin terjadi

guru  : intinya sbetulnya motivasi awalnya yang salah. Krena keterpaksaannya itu. Sedangkan nikah, juga                 perlu kerelaan.

siswa : lalu haruskah itu terjadi pak ?
           bagai mana kalau peristiwa ini terjadi pada saya / bapak / teman kita / org" yg kita kenal ?
           apakah kita kurang bersyukur ?

guru  : yang pertama dilakukan ya... mendu'akan....

siswa : kalau yg terjadi adalah kematian pada sang suami akibat depresi ?
           saya rasa istri pertamanya ntah akan sesakit apa
            kemudian yg istri kedua
            trus anak"

guru  : hehe... panjang amt nak (nama disamaran) ... ntar atau besok lagi deh, pas saya senggang... skr lagi               kerja

siswa : ia
            jazakallah pak

guru  : Jazakallah aidhon



akhukum fillah arif zainurrohman

Setetes Darah Istri Tercinta

       SUBUH itu kami baru saja menikmati sahur pertama bulan Ramadhan, ketika tiba-tiba istri saya mengeluh sakit perutnya. Sempat muncul tanda tanya apakah istri saya akan melahirkan, tetapi kami sempat ragu karena HPL-nya masih 11 hari lagi. Agar tak salah penanganan, kami segera memeriksakan diri ke bidan terdekat di Tambak¬beras, Jombang. Ternyata, bidan Sri Subijanto melarang pulang. “Sudah bukaan lima,” kata Bu Sri.
     Bu Sri mendampingi beberapa saat. Barangkali dirasa masih agak lama, Bu Sri meninggalkan ruangan bersalin. Meski hanya sebentar, tapi ternyata inilah saatnya bayi saya lahir. Dengan ditemani seorang pembantu bidan dan Bu Lik (tante), saya mendampingi istri melewati saat-saat yang mendebarkan. Di saat-saat terakhir, istri saya nyaris kehabisan tenaga. Tak berdaya. Ingin sekali saya mengusap keringat di keningnya, tetapi tak ada saputangan di saku saya. Lalu, saya coba menggenggam tangannya untuk memberi kekuatan psikis. Saya tak tahu apa yang terjadi pada dirinya. Tapi saya lihat ada semangat yang bangkit lagi. Sedangkan di matanya, kulihat airmata yang hampir menetes.
       Saya ingin sekali rasanya berlari memanggil bidan, tapi tak tega meninggalkannya. Saya hanya berharap Allah akan memberi pertolongan. Alhamdulillah, hanya satu jam di ruang bersalin, anak saya lahir. Seorang laki-laki.
Tidak sedih, tidak gembira. Hanya perasaan haru yang menyentuh ketika saya membersihkan kain yang penuh dengan darah dan kotoran istri. Setetes darah istriku telah mengalir untuk lahirnya anakku ini. Ia merelakan rasa sakitnya untuk melahirkan. Ia telah mempertaruhkan nyawa untuk keselamatan anaknya. Maka, apakah aku akan membiarkan anak-anakku hanya tumbuh besar begitu saja tanpa pendidikan yang betul-betul baik dan terarah? Rasanya, terlalu berharga pengorbanan istriku jika aku tak serius membesarkan anak-anak yang dilahirkannya.
        Diam-diam kupandangi anakku. Ingin kusentuh ia dengan tanganku. Tetapi aku harus bersabar dulu. Setelah asisten bidan selesai mengurusinya, kurengkuh ia dalam pelukanku. Lalu kuperdengarkan di telinganya azan dan iqamah yang kuucapkan dengan suara terbata-bata. Semoga ucapan awal ini membekas dalam hati dan jiwanya, sehingga kalimat ini memberi warna bagi kehidupannya. Konon ungkapan-ungkapan awal pada masa komunikasi pra-simbolik ini akan banyak menentukan anak di masa-masa beri¬kutnya. Begitu bunyi teori komunikasi anak yang pernah saya pinjam saat menulis buku Bersikap terhadap Anak (Titian Ilahi Press, Jakarta, 1996).
         Sekali lagi kupandangi anakku. Tubuhnya yang masih sangat lemah, terbungkus kain yang saya bawa dari rumah. Hatiku terasa gemetar melihatnya. Saya teringat, ada satu peringatan Allah agar tidak meninggalkan generasi yang lemah. Allah Ta’ala meng¬gunakan perkataan, “… hendaklah kamu takut….” Tetapi saya dapati dalam diri saya, masih amat tipis rasa takut itu. Lalu dengan apa kujaminkan nasib mereka jika rasa ta¬kut ini masih belum menebal juga? Ya Allah, tidak ada Tuhan kecuali Engkau, dan aku dapati diriku ini masih termasuk orang-orang yang zalim.
       Diam-diam kupandangi anakku sekali lagi. Kuusap-usap kepalanya. Kukecup keningnya, seraya dalam hati aku mohonkan kepada Allah keselamatan dan kemuliaan hidupnya. Pengalaman menemani istri di detik-detik persalinannya telah mengajarkan kepadaku sesuatu yang sangat berharga, “Anak yang dilahirkan dengan darah dan air¬mata ini, jangan pernah disia-siakan. Ibu yang melahirkan anak ini, jangan pernah dinis¬takan.” Mereka adalah amanat yang telah kuambil dengan kalimat Allah, dan semoga Allah memampukanku untuk mempertanggungjawabkannya di hari kiamat kelak.
Setelah merasakan pengalaman mendampingi detik-detik persalinan istri, saya merasa sangat heran terhadap para suami yang masih tega menampar istri atau menyia-nyiakan anaknya. Saya juga merasa sangat heran terhadap sebagian rumah sakit yang masih saja melarang suami terlibat langsung dalam proses persalinan istrinya, sebagaimana ketika istri saya melahirkan anak pertama saya di Kendari. Padahal keterlibatan suami dalam proses persalinan dari awal sampai akhir, sangat besar manfaatnya. Baik bagi istri maupun bagi hubungan ayah dengan anak.
      Kedekatan psikis (attachment) antara ayah dengan anak akan lebih mudah terben¬tuk apabila ayah berkesempatan menyaksikan secara langsung detik-detik persalinan itu. Di sisi lain, saya kira seorang istri akan merasa sangat berbahagia kalau suaminya bersedia men¬dampinginya di saat ia sangat membutuhkan dukungan psikis dan kehangatan perhatian.
     Saya tidak tahu apakah istri saya lebih bahagia dengan kehadiran saya mendampinginya. Tetapi saya kira Anda –para ummahat— akan lebih senang jika suami Anda bersedia mendampingi persalinan Anda. Bagaimana?
Muhammad Fauzil Adhim, penulis buku-buku parenting

Rep: 
Administrator
Editor: Cholis Akbar



sebuah surat untuk istri

assalamu'alaikum
duhai istriku
ada beberapa hal yang ingin aku sampaikan

aku hanya ingin memberi tahu bahwa
saat aku melamarmu, aku bukan mencari pelayan yang tugasnya melayani suami saja
aku mencari pendamping, sebaik-baiknya perhiasan yang aku miliki
maka selayaknya perhiasan, aku akan menjagamu sebaik-baiknya

saat aku melamarmu, aku bukan mencari seorang pemuas nafsu yang tugasnya hanya menjadi bulan-bulanan nafsu syahwatku belaka
sungguh aku mencari calon ibu terbaik bagi anak-anakku
maka akan aku perlakukan dirimu sebaik-baiknya
karena jika aku menyakitimu
itu akan terasa sama seperti aku menyakiti ibuku sendiri

saat aku melamarmu, aku bukan mencari pembantu yang tugasnya mengerjakan ini itu dengan upah minim
aku mencari ustadzah dalam rumahku
jadi takkan kubiarkan engkau kerjakan semua pekerjaan rumah sendiri
aku takkan malu membantumu dalam hal ini
tentunya kau ijinkan kita berbagi pahala atas hal ini bukan?

kewajibanku mendidik anak-anak kita
kewajibanku mendidikmu
maka apabila ada salah dalam tindakanku
tegurlah......benahi laku ku yang salah
agar aku dapat menjadi imam yang terbaik....yang memberi tauladan bagimu dan anak-anak kita
dan kita akan bertemu di surga kelak