Oleh :
Arif Zainurrohman
Manusia
adalah makhluk yang diciptakan secara sempurna dan diciptakan dengan
sebaik – baiknya.
Surat
At-Tin [95]: 1 -4, "Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, demi
gunung Sinai, dan demi negeri (Mekah) yang aman ini. Sungguh, Kami
telah menciptakan manusia dalom bentuk yang sebaik-baiknya."
Kemudian ia melanjutkan, "
Ayat
tersebut menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu pun yang lebih cantik
daripada manusia karena ia diciptakan sebaik-baiknya."
Ya
itulah salah satu pelajaran yang merasuk hati dalam perkuliahan ini.
Bahwa manusia itu makhluk yang paling sempurna, memiliki akal,
memiliki hawa nafsu. Namun dengan kesempurnaan itu terkadang diri ini
lupa bahwa diri ini adalah makhluk. Terkadang diri ini tidak sabar,
sehingga terlalu tergesa – gesa, terkadang lupa akan arti
keikhlasan. Selalu menginginkan sesuatu hal yang besar tetapi ingin
terlaksana dengan cepat atau instan. Lupa bahwa semua butuh proses,
lupa akan niat, bahwa niat itu haruslah Lillahi Ta'ala.
Seperti
yang terjadi pada pengalaman sekarang ini, menginginkan agar orang
lain semangat dalam belajar. Lupa bahwa dalam mengajar dan belajar
itu butuh kesabaran. Tidaklah dengan nafsu agar orang – orang mau
belajar, menginginkan mereka untuk selalu datang dalam setiap
pertemuan, memaksa mereka untuk rajin. Lupa bahwa setiap insan
memiliki kepentingannya masing – masing.
Diceritakan
bahwa :
“Mewariskan
ilmu itu tidak sulit, yang sulit itu menumbuhkan rasa semangat dan
mewariskan semangat kepada kalian”
Dilanjutkan
bahwa mengajar tidaklah sulit mudah, cukup membertahukan apa yang ingin
diberitahukan namun menumbuhkan semangat kalian, menumbuhkan motivasi
kalian itu tidaklah mudah. Terkadang saya inginkan kalian melebihi
semangat saya dalam belajar, sehingga kalian tidak sulit untuk
menerima ilmu – ilmu yang saya ajarkan. Bahwa kalian kelak akan
mengajar, menggantikan saya dan guru – guru yang lain. Saya ini
sudah tua, mungkin saya tidak memiliki kesempatan mengajarkan ilmu –
ilmu pada anak cucu saya kelak. Jadi saya berdo'a agar kalianlah yang
mengajarkan pada anak cucu saya kelak tentang ilmu – ilmu yang
pernah saya ajarkan atau ilmu – ilmu yang kalian pernah pelajari.
Dari
cerita itulah menguatkan azam diri ini untuk tetap sabar dalam
menuntut ilmu. Bahwa menuntut ilmu itu tidaklah mudah. Ada banyak
godaan, dimana syaitan – syaitan selalu bersemangat dan giat sekali
mengajak insan pada hal – hal yang buruk.
Berkata
Al-Imam As-Syaafi’i dalam bait sya’ir beliau:
“Hendaknya engkau bersabar atas pahitnya perangai
kasar sang guru, karena melekatnya ilmu senantiasa menyertainya.
Siapa yang tidak merasakan kehinaan belajar barang sesaat, sungguh ia
akan meneguk hinanya kebodohan seumur hidupnya...
Maka siapa yang tidak mau belajar di masa mudanya,
hendaklah ia bertakbir sebanyak empat kali atas kematiannya...
Demi Allah, hidupnya seorang pemuda bergantung
dengan ilmu dan taqwa. Jika keduanya sirna, maka tiada lagi jati
dirinya...” (Abyaat Fi Thalabil ‘Ilmi)
Demikian sekelumit hikmah dari perkuliahan yang
terjadi pada diri ini, semoga yang sedikit ini bermanfaat.
Ibu Kota, 27 Mei 2015
akhukumfillah arifzainurrohman
0 komentar:
Posting Komentar