oleh : arif zainurrohman
Kembali lagi penulis ingin membagi pengalaman penulis
dalam mengenyam pendidikan di salah satu ruangan dingin. Ruangan dingin itu
terletak disuatu tempat yang cukup tentram (^_^).
Mengulas kembali pemahaman penulis dalam memahami
materi yang disampaikan oleh Dosen –hafizhahullah- penulis di awal pertemuan. Sebelum
memulai pembelajaran beliau terlebih dahulu mengulas hal hal yang memang
terkadang tidak diperhatikan oleh mahasiswa semacam penulis ini. Diantaranya
adalah menanyakan nama salah satu mahasiswa,asal sekolah, dan jurusan mahasiswa
sebelum belajar dibangku perguruan
tinggi. Beliau menanyakan belajar matematika , fisika, ekonomi, dan akuntansi
berapa jam dalam satu minggu. Beliau tanyakan kepada hamper seluruh mahasiswa
yang hadir, dan memang setiap sekolah menengah atas memberlakukan system yang
sama. Namun itu tidak membuat beliau terkejut, karena menurut pengakuan beliau,
beliau juga pernah mengajar di sekolah menengah atas. Namun ternyata terjadi
suatu perbedaan yang cukup signifikan antara lama belajar pada masa beliau
dengan masa kami sekarang.
Menurut penuturan beliau, lama belajar matematika pada
masa beliau adalah 8 jam pelajaran dalam satu minggu, sedangkan pada masa kami
sekarang ini hanya 6 jam pelajaran saja, penulis juga 6 jam pelajaran dalam
seminggu . Fisika pada masa beliau waktu belajarnya adalah 8 jam pelajaran
dalam satu minggu sedangkan pada masa sekarang hanya 6 jam pelajaran dan
penulis hanya 2 jam pelajaran saja (maklum penulis smk bukan sma (^_^) ).
Ekonomi dan akuntansi pada masa beliau 10 jam pelajaran dalam seminggu,
sedangkan pada masa sekarang hanya 8 jam pelajaran dalam seminggu (kalau
penulis belajarnya kewirausahaan 2 jam pelajaran satu minggu ).
Nah, sekarang bisa dibayangkan bukan betapa lamanya
orang orang terdahulu menghabiskan waktunya untuk belajar. Bagaimana dengan
kita ? jelas waktunya lebih sedikit tapi tak jarang kita mengeluhkan itu
(termasuk penulis sendiri (T_T) ). Lalu masihkan kita akan terus mengeluh ?
sebaiknya cukupkan saja sampai disini keluhan keluhan kita itu. Tentu aka nada dampak
dari perasaan mengeluh itu, diantaranya adalah tidak ikhlas dan menjadikan kita
sering mengumpat. Tahukah bahwa mengumpat itu adalah sebuah kemaksiatan ?
kemaksiatan itu jelas akan melahirkan dosa dosa, lalu apakah kita telah
menyadarinya itu ? bila tidak tentu itu akan menjadi dosa besar, bila tidak
segera diperbaiki tentunya kita telah memelihara kemaksiatan dan dosa. Baik
dosa besar maupun kecil akan mengakibatkan sulitnya kita memahami setiap ilmu
yang kita pelajari. Allahumaghfirlana
“aku adukan kepada guruku, Waqi, perihal buruknya
hafalanku. Maka ia membimbingku untuk meninggalkan maksiat. Ia menjelaskan
bahwa ilmu adalah cahaya, dan cahaya allah tidak diberikan kepada orang yang
berbuat maksiat”
Imam syafi’i
Kita mempunyai
mimpi mimpi dan cita cita yang amat banyak dan baik, namun kita juga harus
menyeimbangkan itu semua dengan usaha dan doa , keikhlasan serta tawakal pada
allah azza wa jalla. Bayangkan bila kita memelihara kemaksiatan dan dosa itu,
apakah kita akan mencapai semua mimpi mimpi dan cita cita kita itu ? wallahu a’lam
Tiada kata terlambat untuk hijrah selama raga kita
masih berjiwa, mulai dari sekarang mari kita belajar menghargai setiap hembusan
nafas kita, mensyukuri dengan memelihara diri dari kemaksiatan kemaksiatan. Manfaatkan
hidup yang sebentar ini untuk menuntut ilmu sebaik baiknya dan jangan lupa
mengajarkannya. Memang sulit untuk mengambil hikmah dan menyadarinya, namun
paksalah diri kita untuk itu. Allahumaghfirlna , hadaanallah wa hafizhanallah,
zadaanallah ilman wa hirsha, aamiin .
NB : menerima koreksi (^_^)
Ibu kota , 30 september 2013
akhukum fillah arif zainurrohman
0 komentar:
Posting Komentar