Oleh :
arif zainurrohman
Pembahasan kali
ini adalah mengenai kependudukan dalam hubungannya dengan perkembangan
masyarakat dan kebudayaan. Dalam pembahasan ini akan dibahas mengenai penduduk
itu sendiri , masyarakat, individu, keluarga, kebudayaan, tradisi, dan lainnya.
Yang paling utama dalam membahas mengenai pendduk ini tidak lain dan tidak
bukan adalah “kepadatan penduduk” . Dalam pembahasan mengenai penduduk ini ,
kepadatan penduduk adalah sumber masalah yang sangat serius dan cukup rumit.
Pernah ada
seorang bertanya, “Dalam melakukan sebuah perubahan untuk mencapai cita – cita
yang baik , pertama – tama mana yang harus didahulukan untuk diperbaiki ,
individu atau sistemnya ?”.
Untuk
menjawabnya kita harus tahu terlebih dahulu mengenai individu dan sistem itu
sendiri. Setelah itu barulah kita dapat menjawab pertanyaan itu. Tetapi kita
akan bahas itu nanti, kita kembali kepada pembahasan kita mengenai kepadatan
penduduk. Tadi dikatakan bahwa kepadatan penduduk adalah sumber masalah yang sangat
serius dan cukup rumit. Ya itu tentu saja benar. Kita tahu bagaimana keadaan di
Negara kita ini, begitu banyak penduduk, tidak sedikit masyarakat yang menikah
muda dan pernikahan akibat pergaulan bebas. Ini jelas sekali masalah,
pertambahan penduduk yang terjadi secara cepat dan tidak adanya perencanaan.
Kemudian mari kita perhatikan dengan Negeri sakura. Bagaimana keadaan di negeri
itu ? menurut informasi yang didapat oleh dosen –hafizhahullah- penulis angka
kelahiran di Negeri itu ternyata lebih kecil dari angka kematiannya. Negeri itu
memang tampak negeri yang sangat maju, tetapi ternyata itu berpengaruh terhadap
perkembangan kepadatan penduduknya. Lalu apa ? ya tentu saja itu juga menjadi
masalah. Kenapa bisa dikatakan masalah ? toh mereka negari maju , ya tentu saja
masalah , negeri maju tidak maju dengan sendirinya kan ? Tentu ada manusia yang
membuatnya menjadi maju. Kalau angka kelahiran tidak seimbang dengan angka
kematian, lantas siapa atau manusia mana dari keturunan mereka yang akan
melanjutkan negerinya ? Apa mereka akan menggunakan orang asing ? Bagaimana
jika menggunakan orang asing dan terjadi kekontinyuan , apa yang akan terjadi ?
tentu saja mereka punah dan negeri mereka akan menjadi milik orang – orang yang
menduduki pemerintahan mereka.
Oke, itu hanya
sebagian dari masalah yang akan menimbulkan masalah berikutnya. Berbicara
mengenai kepadatan penduduk, ada salah seorang ahli yang dosen –hafizhahullah- penulis
ceritakan. Thomas Robert Malthus. Malthus mengemukakan pendapatnya mengenai
kepadatan penduduk seperti ini :
1. Perkembangan
penduduk lebih cepat dari perkembangan bahan pangan.
2. Orang akan
semakin bertambah sedangkan tanah tidak bertambah.
3. Sumber pangan
tidak hanya berasal dari pertanian
DU 1 2 4 8 16 32 ---------à manusia
DH 1 2 3 4 5 6 ---------à pangan
Keterangan : - DU = Deret Ukur
-
DH = Deret Hitung
Deret Ukur digunakan
untuk pengukuran pada pertambahan manusia sedangkan Deret Hitung digunakan
untuk pengukuran pada pertambahan
pangan. Dari contoh data di atas jelas sekali bahwa pertambahan manusia lebih
cepat dari pada pertambahan pangan. Pada masa awal memang masih dapat
tercukupi, misalnya saja dapat kita tafsirkan seperti ini, 1 piring nasi untuk
1 orang, kemudian 2 piring nasi untuk 2 orang, kemudian 3 piring nasi untuk 4
orang , 4 piring nasi untuk 8 orang , 5 piring nasi untuk 16 orang dan
seterusnya. Semakin lama pangan akan semakin menipis.
Menurut penuturan
dari dosen –hafizhahullah- penulis, Malthus ini mempunyai pemikiran yang cukup
maju, dari teori DU dan DH itu ternyata dapat sedikit di atasi. Pada masa
dahulu memang bahan pangan dan pekerjaan hamper semua didapat dari bidang
pertanian. Namun, menurut Malthus inilah kemudian dirubahlah pola pikir masyarakat
mengenai ini, dengan mengenalkan sektor industri. Tidak semua bergantung pada sektor
pertanian tetapi juga dari sector industri.
Ada sebuah
cerita yang menarik mengenai pertanian ini. Asal mula dikenalnya istilah
pertanian. Menurut penuturan dosen –hafizhahullah- penulis, pertanian ini
pertama kali ditemukan oleh perempuan. Bermula dari memakan buah, tentu saja
tidak semua bagian buah dimakannya, yaitu biji buahnya. Selama memakan buah –
buahan ini, perempuan pada zaman dahulu tidak memakan biji buahnya, namun
membuangnya, Seiring berjalannya waktu ternyata dari tempat biasa mereka
membuang biji buah itu tumbuhlah tanaman-
tanaman yang kemudian menjadi pohon dari buah yang mereka makan selama
ini. Mulailah terjadi yang namanya penanaman atau yang lebih dikenal dengan
pertanian.
Orang – orang dahulu
masih sangat terikat dengan pertanian, namun seiring berjalannya waktu dan
perkembangan zaman serta pertumbuhan populasi yang semakin meningkat, mulailah
terjadi masalah. Yaitu mulailah berkurangnya pangan mereka, sehingga
menimbulkan keinginan mereka untuk berpindah tempat. Nah dari sinilah timbul
istilah perpindahan penduduk yang kemudian dikenal dengan istilah migrasi, emigrasi, imigrasi, transmigrasi, dan
urbanisasi.
kuliah ISD
Ibu Kota, 21 Oktober 2013
akhukum fillah arif zainurrohman
0 komentar:
Posting Komentar